Karimun, Kepri (ANTARA News) - Para nelayan tradisional di Kabupaten Karimun, Provinsi Kepulauan Riau banyak yang masih buta batas laut sehingga kerap menangkap di perairan Malaysia, kata Ketua Gabungan Nelayan Tradisional Karimun (GNTK) Acai Lim. "Namanya saja nelayan tradisional, mereka banyak yang buta tentang batas-batas laut negara kita dengan negara lain," katanya di Tanjung Balai Karimun, Minggu.

Acai Lim mengatakan, nelayan tradisional umumnya menggunakan kapal berbobot kecil yang tidak dilengkapi sarana navigasi seperti peta atau GPS yang berfungsi mengetahui titik koordinat di laut.

"Akibatnya tidak jarang mereka secara tidak sengaja menangkap ikan di perairan negara jiran," katanya.

Menurut dia, tingkat pendidikan yang umumnya tamatan sekolah dasar, bahkan banyak yang tidak bersekolah turut menambah ketidaktahuan mereka tentang batas-batas perairan.

"Di laut tidak ada rambu-rambu seperti di darat," katanya.

Nelayan tradisional Karimun, menurut dia, menangkap ikan di dalam perairan kabupaten setempat untuk satu atau dua hari.

"Salah satu perairan paling sering dijadikan tempat menangkap ikan adalah sekitar Pulau Karimun Anak dan Takong Hiu yang berada di perbatasan," katanya.

Think about what you've read so far. Does it reinforce what you already know about mobil keluarga ideal terbaik indonesia? Or was there something completely new? What about the remaining paragraphs?

Disinggung mengenai KM Sriwijaya 2 beserta tiga nelayannya oleh aparat perairan Malaysia, Jumat (11/12) dinihari, Acai mengatakan kapal tersebut merupakan kapal tradisional dengan bobot tiga ton.

"Kapal itu kapal tradisional, namun soal apakah mereka berada di perairan Malaysia kami tidak tahu persis dan bukan kewenangan kami untuk memberikan keterangan," katanya.

Pada kesempatan itu dia mengatakan, peranan petugas patroli sangat diharapkan untuk mencegah adanya nelayan tradisional yang melaut di perairan negara lain.

"Petugas patroli berkewajiban menyuruh nelayan kita untuk menghindar dari perairan negara lain," katanya.

Sepanjang 2010, kata dia, terdapat dua kasus penangkapan nelayan oleh aparat perairan Malaysia, salah satunya penangkapan 4 nelayan Meral pada Oktober.

"Keempat nelayan itu memang berada di perairan Malaysia, kami nelayan sudah meminta maaf atas peristiwa itu karena telah merepotkan aparat kita," katanya.

Dia juga berharap media massa tidak serta merta memberitakan bahwa aparat Malaysia menangkap nelayan bukan di perairan mereka sebelum ada keterangan resmi dari aparat terkait.

"Masalah perbatasan sangat sensitif. Tidak semua nelayan itu patuh pada aturan, sebagian ada juga yang nekad menangkap ikan di perairan lain," katanya. (ANT-028/K004)