Jakarta (ANTARA News) - Sampai saat ini Republik Rakyat China masih menganut sistem politik sosialis komunis yang bercirikan pada penguasaan tanah 100 persen dikuasai negara dan menganut sistem satu partai yakni Partai Komunis China. Sistem seperti penguasaan tanah milik negara itu merupakan hasil perjuangan gigih dari seorang tokoh Mao Zedung yang dapat menumbangkan sitem lama, bahwa tanah-tanah di daratan China dimiliki oleh para tuan tanah.

Tahun 1949 Mao berhasil menjadi pimpinan Partai Komunis China (PKC) dan satu tahun setelah itu 1950, ia membuat keputusan (land reform) bahwa semua tanah di China, beralih penggunaannya menjadi kolektivitas, dan hanya satu partai yang berkuasa.

Sistem itu ternyata tidak lama berjalan, karena setelah Deng Xioping berkuasa menjadi pimpinan partai komunis membolehkan orang untuk usaha lebih giat, bertani lebih bervariasi dan memproduksi industri perkakas dan otomotif lebih banyak agar hasilnya dapat mencukupi kebutuhan lokal dan dapat dijual ke negara lain.

Sistem itu akan mencegah terjadinya kelaparan massal dan tingkat pengangguran yang tinggi, karena jumlah penduduk China dari dulu hingga kini paling besar dibanding negara lain.

Saat ini para analis China memperkirakan jumlah penduduknya sekitar 1,5 miliar orang meski sudah ada pembatasan angka kelahiran satu keluarga satu orang anak.

Sebuah perusahaan mobil swasta terbesar di China, Geely Auotomobile Holding, membuktikan bahwa pemerintah China kini berbeda dengan massa lalunya. Meski politiknya masih berbau komunis, tetapi sistem ekonomi yang dianut adalah cukup terbuka, jika tidak ingin disebut sangat kapitalis.

Geely sudah melakukan initial public offering (IPO) atau penjualan saham ke publik lewat pasar saham Hongkong, yang kemungkinan besar juga akan dicatatkan di pasar bursa dunia lainnya.

Menurut Direktur Pemasaran Geely Mobil Indonesia, Richard Yang kepada Antara, di Beijing belum lama ini, Geely saat ini telah mampu memproduksi 300 unit mobil per hari dengan menggunakan teknologi canggih atau robot. Permintaan-pun tiap hari juga naik.

Dengan jumlah pekerja lebih dari 14 ribu orang yang didukung 200 insinyur termasuk 10 doktor jebolan universitas terkemuka dunia, seperti Harvard (AS), Sorbone (Perancis), dan berbagai univeritas di Jepang dan Korea Selatan.

Mobil produk Geely kini mampu diekspor ke beberapa negara seperti Russia, Ukrainia, India dan Indonesia menyusul kemajuan teknologi otomotif yang dikembangkan para insinyur China jebolan luar negeri tersebut.

Menurut Ted C. Fishman, seorang wartawan senior dari AS dan penulis buku China Inc. (2006), jika pemerintah China tidak membuka sistem ekonominya, akan terjadi kelaparan di berbagai propinsi dan peningkatan pengangguran yang luar biasa seperti pada era tahun 1960 1970-an.

Guna mencegah kelaparan yang berkelanjutan, muncul gagasan brilian dari pengganti Mao Zedong, yakni Deng Xioping untuk membuka sistem ekonominya dari sistem tertutup menjadi sistem terbuka tanpa mengubah sistem ideologinya yang komunis itu.

Dalam pernyataannya, "socialism with Chinese characteristics" yang diartikan sosialisme China punya ciri tersendiri.

Artinya, idiologi komunis itu tidak berarti "mengharamkan" masuknya modal asing dan melarang produk China ke luar negeri. Itu artinya Deng tak lagi mengikuti maszab Stalin dan Karl Marx, sebagai bapak komunis itu, dalam hal praktek ekonomi yang dijalankan.

Dengan demikian, China menjadi incaran banyak investor asing seperti, Deutsche Bank, Capital Land dari Singapura, Morgan Stanley, Prudential Life, HSBC dan sejumlah investor keuangan dunia lainnya yang sudah bertengger di hampir semua propinsi, terutama Beijing dan Shanghai.

Dengan terbukanya sistem ekonomi China itu, wajah negara yang dikenal dengan tirai bambu berubah total. Tahun 1970-an petani di kawasan Xiogang Propinsi Anhui, mempunyai pendapatan 2,50 dolar per tahun setara dengan 20 yuan, termiskin di dunia kala itu. Namun kini mempunyai pendapatan per kapita 6.600 dolar AS yang sudah terbilang tinggi. Rata-rata warga sudah dapat membeli sepeda motor berkekuatan listrik bahkan sebagiannya lagi dapat membeli mobil sekelas Volvo dan BMW.

Dalam pengamatan Antara saat mengikuti pameran mobil di Beijing belum lama ini, terkesan bahwa produk otomotif mobil China tidak kalah mutunya dengan produk dari Eropa, Jepang dan Korea Selatan. Pameran mobil ini kali tak ubahnya seperti ajang persaingan mobil buatan Eropa dan Asia yang dimotori oleh Jepang dan Korea Selatan

Pengetahuan dapat memberikan keuntungan yang nyata. Untuk memastikan bahwa Anda sepenuhnya informasi tentang beita baru, terus membaca.

, namun saat ini China mulai menyodok ke depan, kata Presiden Direktur Geely Motor Indonesia, Budi Pramono.


Mobil China temukan momentum

Menurut Budi, industri mobil China saat ini mulai menemukan momentumnya, seiring dengan tumbuhnya perusahaan dari negeri Tirai Bambu dan ikut mendorong dilaksanakannya Asean China Free Trade Area (ACFTA).

Di China terdapat lebih dari 100 perusahaan mobil, di mana 30 perusahaan merupakan perusahaan besar, milik pemerintah pusat dan daerah serta milik swasta murni seperti PT Geely.

Pemberlakuan Asean China Free Trade Area (ACFTA) memberikan kesempatan lebih besar kepada pabrikan asal Negeri Tirai Bambu itu untuk lebih meningkatkan penetrasi pasar di negara-negara Asean, termasuk di dalamnya ke Indonesia.

Indonesia dinilai merupakan pasar paling strategis bagi pasar mobil China di Asean, Australia dan Selandia Baru.

Surat kabar China, Daily Morning, pekan lalu menyebutkan, naiknya industri mobil di China juga dipicu oleh tingginya kebutuhan di dalam negeri. Pada Maret tahun ini saja, kebutuhan mobil di China mencapai 1,61 juta unit, naik 55 persen dari bulan yang sama tahun sebelumnya.

Secara total, pada kuartal pertama 2010, pertumbuhan pasar mobil di China tumbuh 70 persen menjadi 4,4 juta unit, dari pencapaian kuartal pertama 2009 yang hanya mencapai 2,6 juta unit.

Sedang jenis mobil penumpang mencatat penjualan sebesar 1 juta unit, adapun mobil angkutan barang tumbuh 89 persen pada Maret 2010 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Kebutuhan mobil mini di China juga meningkat hingga 42% menjadi 576.000 unit pada Maret tahun ini yang dipicu oleh tumbuhnya perekonomian domestik dan meningkatnya investasi infrastruktur.

Harian itu juga menyebutkan, pada akhir 2009, sebagian besar diler di China bisa kehabisan persediaan mobil hanya dalam waktu 2 minggu-3 minggu. Penjualan mobil baru meunjukkan volume yang makin meningkat.

Berdasarkan data dari the National Development and Reform Committee, harga mobil terus turun karena adanya insentif dari pemerintah yang makin besar.

Di China, mobil Korsel terlambat memasuki pasar domestik negara itu, dan kini makin terhambat dengan tumbuhnya industri mobil lokal yang terus menggerus pasar mobil Jepang dan AS meski kedua negara itu juga memperkenalkan mobil yang lebih murah dan diproduksi dengan teknologi tinggi.

Oleh karena itu, tambah Ricard Yang, dalam lima tahun kedepan, produk mobil China akan mampu menggeser produk mobil dari Korea Selatan, yang selanjutnya akan menggeser produk dari Jepang.

Saat ini pangsa pasar mobil di China masih fariasi seperti, Volkswagen masih mencapai 11,5, Toyota (7,4 persen ), Nissan (5,9%), Honda (5,9%), BYD (5,9 ), Hyundai (5,8), Chevrolet (4,8), Chery (4,6), Buick (4,3), dan Geely (4 persen ).

Berdasarkan data dari General Motor Co (GM), pabrikan mobil terbesar di China, penjualan mobilnya di China akan mencapai 3 juta unit pada 2015, adapun pada tahun ini ditargetkan sekitar 2 juta unit. Namun secara total, berdasarkan data dari Automotive Resources Asia, merek mobil China masih mendominasi pasar lokal sebesar 56 persen pada periode Maret 2009-Maret 2010. Kontribusi terbesar diabetics BYD, diikuti Chery, Buick, dan Geely. Dari keempat pabrikan mobil terbesar di China tersebut, dua Diantaranya, yaitu Chery dan Geely.

Ricard mengatakan, Geely sudah memasuki pasar Indonesia dengan harga murah kualitas bagus. "Mobil China rata-rata mengambil margin sekitar 5 persen, mobil dari negara lainnya, kata Yang, mengambil margin sekitar 20 -30 persen.

Mengapa demikian, karena sistem pekerja di China masih menganut sistem gaji murah bekerja produktif dengan tidak banyak menuntut fasilitas sebelum perusahaanya mendapatkan untung besar.

Saat ini, katanya, Deng Xioping telah meletakkan dasar perekonomian di China yang tangguh dan teruji, membuka wawasan baru tentang sistem perekonoamin yang terbuka dengan politik yang terkendali, giliran para penerusnya untuk memanfaatkan peluang itu dengan mengisi kebutuhan pasar di seluruh dunia, tanpa harus melihat masa lalunya bahwa China pernah terjadi kelaparan.

"Tak perlu warna kucing itu merah atau putih yang penting dapat menangkap tikus," kata Ricard mengutip pendapatan Deng Xioping yang menggambarkan, China harus terus bergerak maju, tak perlu melihat masa lalu, tak perlu melihat lawan dan kawan yang sirik, yang penting, bagaimana produk China dapat menguasai pasar dunia termasuk di dalamnya di Indonesia.
(T.Y005/H-CS/R009)