Malang (ANTARA News) - Ingar bingar pesta juara yang dilampiaskan melalui berbagai atraksi, hiburan, dan konvoi jalanan selama tujuh hari penuh itu berakhir. Pesta itu meninggalkan kenangan manis buat banyak orang dan pengalaman pahit bagi sebagian lainnya.

Pesta konvoi berbagai jenis kendaraan diiringi bermacam tetabuhan itu bahkan sudah dimulai sejak Arema Indonesia bermain imbang 1-1 di kandang PSPS Pekanbaru, Rabu (26/5).

Begitu pertandingan itu usai, ribuan Aremania dan Aremanita (suporter Arema) di Malang Raya langsung menggelar pesta hingga dini hari.

Mereka tak menghiraukan perasaan dan kepentingan pengguna jalan lain, termasuk sopir angkot yang menggantungkan hidupnya dari jalanan.

Puncak ingar bingar dan pesta konvoi itu terjadi Rabu 2 Juni lalu.

Ratusan ribu Aremania dan Aremanita, difasilitasi berbagai pihak, mengekspresikan kebanggaannya kepada tim asuhan pelatih asal Belanda Robert Rene Alberts.

Pesta juara itu sama sekali tidak menyentuh keuangan manajemen Arema Indonesia, karena seluruhnya didanai oleh Aremania dan Aremanita di Malang, mulai konsumsi hingga trailer untuk menggelar hiburan.

"Bahkan ada sumbangan yang langsung diantar oleh Aremania dari berbagai daerah di Indonesia, seperti Jakarta, Kalimantan, Sumatera serta kota-kota di sekitar Malang," kata koordinator pesta Ade Herawanto.

Sumbangan itu berupa ribuan kardus air mineral, jeruk puluhan ton, ikan tuna puluhan ton dari Sendangbiru, trailer untuk panggung hiburan, musik rock dan tradisional serta ratusan ribu nasi bungkus dari berbagai rumah makan dan pedagang kaki lima di wilayah Malang Raya.

Tidak hanya panggung hiburan, seluruh manajemen, pemain dan pelatih Arema Indonesia juga diarak keliling Malang Raya sambil membawa replika piala LSI 2009/2010.

Hari itu wilayah Malang Raya mulai dari Kabupaten Malang, Kota Malang hingga Kota Batu, "dibirukan" oleh Aremania.

Namun, puncak pesta itu ternoda oleh ulah Aremania yang terlalu bangga dan menyimpan dendam pada rival "abadinya" Bonekmania, suporter Persebaya.

Mereka menghajar semua kendaraan bernomor polisi L, tak peduli siapa yang di dalam mobil, bahkan mobil Gubernur Jatim Soekarwo dan kendaraan plat merah bernomor L ikut dirusak.

Sebelum pesta konvoi itu, Kapolresta Malang AKBP Daniel TM Silitonga sudah mengintruksikan agar untuk sementara kendaraan plat L tidak memasuki wilayah Malang Raya.

"Kalau pun terpaksa harus menggunakan kendaraan bernomor plat L sebaiknya ditutup dengan syal atau atribut Arema agar lepas dari sasaran," kata Kapolresta.

Rupanya tidak semua pemilik kendaraan plat L mendengar instruksi tersebut.

Noda setitik yang diteteskan oknum Aremania itu akhirnya menjadi sasaran kritik orang-orang yang sejak awal tidak menyukai tradisi konvoi berlebihan yang dibarengi ekspresi yang tanpa batas pula.

Waktu terbaik untuk belajar tentang beita baru adalah sebelum Anda berada di tengah-tengah hal. Bijaksana pembaca akan terus membaca untuk mendapatkan yang berharga beita baru pengalaman selagi masih gratis.

Koordinator wilayah di Malang Raya mengakui konvoi ratusan ribu massa mungkinjuga "disusupi" orang-orang yang tidak suka dengan prestasi yang direngkuh Arema Indonesia, atau gelar yang disandang Aremania sebagai suporter terbaik dan terkreatif.

"Kita memang tidak bisa mengambinghitamkan orang lain atau oknum lain yang tidak suka dengan Arema, tapi kemungkinan itu ada, kata korwil Aremania Oyonid, Ardiansyah.

Dia melanjutkan, "Kalau pun memang tidak ada dan itu dilakukan murni oleh oknum Aremania, berarti mereka tidak paham dengan sepakbola yang bisa mengokohkan suatu persahabatan, kebersamaan dan kedamaian."

Dia berjanji akan membina Aremania sehingga di masa mendatang mereka tidak melakukan tindakan anarkis dan berbuat agresif terhadap kelompok lain meski Aremania disakiti oleh kelompok itu.

Ditilang

Pesta telah berakhir dan ditutup dengan pertandingan "Perang Bintang" di Stadion Kanjuruhan Kepanjen, Kabupaten Malang, Minggu (6/6). Tropi juara juga telah diserahkan oleh Menegpora Andi Mallarangeng.

Namun konvoi Aremania tetap berlanjut keesokam harinya.

Kapolresta Daniel Silitonga telah mengeluarkan instruksi bahwa 2 Juni adalah puncak pesta juara, sehingga setelah tanggal itu tidak ada perayaan apa pun.

"Jika ada konvoi, maka konvoi itu adalah ilegal dan harus ditindak tegas, tanpa kecuali," kata Daniel tegas.

Faktan di lapangan, tetap saja konvoi itu digelar, dan memacetkan arus lalu lintas terutama daerah perbatasan Karanglo, Singosari, dan Lawang.

Konvoi kendaraan roda dua dan roda empat yang memadati setiap ruas jalan itu lalu dibubarkan polisi.

Mereka yang mengenakan atribut Arema, tidak mengenakan helm SNI, dan surat-surat kendaraannya tidak lengkap, ditilang polisi. Mereka yang berusaha lari dikejar.

Polisi menilang sekitar 800 unit kendaraan roda dua dan beberapa roda empat. Mereka yang mengenakan pakaian dan atribut Arema juga diminta mencopot pakaian mereka.

Setelah ditelusuri, ternyata konvoi hari itu dipicu oleh sms yang beredar ke telepon seluler Aremania.

SMS itu memberi tahu akan adanya arak-arakan tropi asli Juara LSI 2009/2010.

"Karena kecintaan kami pada tim Arema Indonesia sejak bermain di Galatama, setelah ada SMS ya langsung berangkat dengan anak-anak," kata Aremania korwil Dau, Wagiran.

Setelah polisi menilangnya, dan mendapat penjelasan via telepon dari ketua korwil dan Aremania lainnya, Wagiran sadar dia tertipu oleh sms tersebut.

E009/s018/AR09